18 Jam

Tanpa penerangan.

Tanpa sinyal.

Tanpa pendingin udara.

Tanpa listrik.

Gimana rasanya, Nis? Yang kebayang cuma satu: mungkin begini rasanya kalau kelak teknologi sudah tak lagi berguna. Ini kemarin masih mending, alhamdulillah, mobil masih bisa jalan, kompor masih bisa nyala. Di suatu masa nanti, akan datang saat di mana teknologi tak lagi bisa digunakan.

Kalau Allah berkehendak ya… Segemerlap apapun lampu ibukota, seriuh apapun timbal balik sinyal telekomunikasi, kalau Allah mau bikin black out ya black out aja. Kun fayakun!

Masih SMA

Temen Ngaji (TN): Nisa seumuran sama Mbak S?

Me: Enggak, Mbak S lebih tua 3 atau 4 tahun kalo gak salah…

TN: Terus ketemu dimana? Sekampus?

Me: Enggak. Anaknya satu sekolah…

TN: Oh… Sekolah dimana?

Me: Di XXX.

TN: Lho, emang Nisa masih SMA?

Me: Enggak. Anak saya yang sekolah di situ…

TN: Lho, udah punya anak? Kirain masih jomblo!

Me: Ahahahahaa… Enggak. Anak saya udah dua!

Kajian, Apa Harus di Masjid?

Ini hanya sebuah pertanyaan sepele dari seorang ibu beranak dua yang masih cetek banget ilmu agamanya.

Pernah sesekali saya bersama beberapa teman ingin mengadakan kajian. Niat baik kami ini ternyata tidak mudah. Kesulitan nomer satu adalah mencari pembicara yang free di tanggal tertentu. Kesulitan nomer dua yaitu mencari lokasi yang available di tanggal tersebut. Kesulitan nomer tiga… Ngg, kasih tau gak ya?

Yah, namanya juga ibu-ibu dengan dana terbatas, cukup kaget ketika kami dihadapkan pada kenyataan bahwa harus membayar sekian ratus ribu, bahkan ada yang sampai tujuh digit rupiah, untuk “booking” aula utama sebuah masjid. Belum lagi harus membayar fee ustadz/ah, walaupun memang ustadz/ah tersebut tidak pernah menyebutkan nominalnya. Niat baik kami terantuk pada sebuah kendala: duit darimana, Bu? Dan kendala ini bukan cuma 1-2 kali, tapi hampir setiap kali ingin mengadakan kajian, masalahnya ya itu lagi itu lagi.

Kalau sudah begini, misalkan nih ya misalkan, ada seseorang yang berbaik hati menawarkan sebuah lokasi untuk kami mengadakan kajian secara free, gimana? Anggaplah tempatnya di ballroom sebuah hotel. Secara FREE! Gimana? Terima gak?

Pertanyaannya kembali lagi: Apakah sebuah kajian hanya boleh diadakan di sebuah masjid? Dimana kita tahu bahwa Nabi sendiri menyebutkan bahwa tempat terbaik adalah masjid. Nah, boleh gak kajian diadakan di sebuah hotel?

Postingan ini ditulis karena gatel, membaca sebuah post di media sosial yang sepertinya mendiskreditkan kajian di hotel itu tidak pantas dan hanya untuk horang-horang kayah. Padahal mah gak gitu semua kali…

Temenku Ganteng

S: Ummi, temen dek opi ada yang ganteng…

Ummi: *nahan kaget* Oh ya? Siapa?

S: Arfa

Ummi: Masa?

S: Iya

Ummi: Emang ganteng tuh gimana sih?

S: Rapih

Ummi: Rapi gimana?

S: Enng… Yaa… Rambutnya rapi…

Ummi: Terus?

S: Bajunya dimasukkin…

Ummi: Kalo mas umar ganteng gak?

S: Hmm… Dikit.

Ummi: Kalo abi?

S: Ganteng.

Yaa Allah… Anak saya… Udah bisa bilang anak orang lain ganteng… 😳

Berkemah di Kopeng Treetop

Sejak sebelum lebaran, omanya anak-anak (ibuk saya) sudah ingin sekali mengajak cucu-cucunya untuk merasakan sensasi berkemah di alam bebas. Tapi ya tetap dengan syarat: kamar mandinya harus bersih & ada air hangat 😛 . Akhirnya kami memutuskan untuk mencoba berkemah di Kopeng Treetop Salatiga.

Kami berangkat dari Semarang pada pukul 10.30. Google map merekomendasikan kami untuk lewat tol dan melewati jalan Salatiga. Jalan menuju Kopeng Treetop sangat menanjak dan berkelok. Ya namanya juga jalanan di kaki gunung ya… Alhamdulillah, pukul 13.30 kami sudah tiba di Kopeng Treetop yang berlokasi di Taman Nasional Gunung Merbabu.

Continue reading

Menjadi Ibu

S: Ummi, besok dek opi kalo udah jadi ibu memangnya harus merawat anak-anaknya?

Ummi: Ya iya dong…

S: Nanti dek opi mesti mandiin, nyuapin, apa lagi ya?

Ummi: Masak, nganterin sekolah…

S: Aaahh… Banyak banget! Nanti dek opi capek. Kapan dong liburnya?

Ummi: Ahahahhaaa… Jadi ibu kan emang gak pernah libur, dek. Coba, ummi kapan hayo liburnya?

S: Ihihihhiiii… Iya ya, ummi gak pernah libur. Abi yang pernah libur…

Butiran Debu

Quote ini tiba-tiba muncul di tengah feed status wa di kontakku. Quote ini datang dari beliau yang secara konsisten selalu mengupload quote-quote inspiratif di status wa-nya. Quote ini hadir di tengah malam, quote ini hadir sebagai bahan muhasabah.

Siapalah aku dengan semua aibku?

Siapalah aku dengan semua kesalahanku?

Siapalah aku dengan segala ketidaktahuanku?

Siapalah aku tanpa Allah yang Maha Baik ini yang menutupi semua keburukanku?

Aku hanya akan menjadi butiran debu…