Nak, Ummi Boleh ke Kantor?

Iseng-iseng kulontarkan sebuah pertanyaan kepada kedua anakku: Mas, Dek, Ummi boleh ke kantor gak?

Bukan, aku sama sekali tak berencana untuk bekerja dan betul-betul ke kantor. Entah, hanya iseng saja, ingin tahu, sebesar apa kebutuhan mereka akan kehadiranku di samping mereka. Tak pernah tersirat sedikit pun pemikiran untuk aku bekerja di kantor. Bahkan, sekedar ingin pun tak pernah, alhamdulillah.

Ummi: Mas, Dek, Ummi boleh ke kantor gak? Nanti mas umar sama dek opi sama embak di rumah.
Umar: Embak siapa?
Ummi: Ya nanti cari embak baru. Nanti mas umar makannya sam embak, mandinya sama embak, sekolahnya sama embak, ceboknya sama embak, bobonya sama embak, gitu. Mau gak?
Umar: Enggak mau.
Ummi: Kenapa?
Umar: Enggak tau…
Ummi: … *palm face*
Ummi: Adek gimana? Boleh gak Ummi ke kantor? Nanti bobonya sama embak, dipukpuk, gak nen…
Shofi: Gak mau…

Walaupun jawaban mereka tak terlalu memuaskan, tapi minimal aku tahu, mereka butuh aku di samping mereka, mengiringi keseharian mereka, menemani mereka tumbuh…

Cina

 

Pilu hati, ketika membaca artikel tentang betapa kejamnya kerusuhan Mei 1998.

Mereka yang wanita ditelanjangi, diperkosa, dan dibunuh.

Bukankah tak ada yang salah ketika kita terlahir sebagai seorang jawa, batak, ambon, atau cina.

Toh, Allah memang menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa kan?

Image

 

Miris, ketika di era sekarang ini pun masih ada yang mencap “cina” sebagai ladang “keharaman”.

Lalu, kekejaman yang ditumpahkan pada etnis tionghoa di kerusuhan Mei 1998 itu apakah halal?

Berpikirlah. Rasakanlah. Jika kelak, bukan hanya keturunan cina saja yang jadi sasaran, masih banggakah kita menghakimi “cina”?

Tentang Hamil

Bukan. Saya bukan lagi hamil. Hanya ingin bercerita sedikit tentang hamil.

ImageSelalu ada bahagia yg mencuat di dalam hati ketika mendengar kabar kehamilan seseorang. Dan saat ini banyak yang sedang hamil di lingkaran kehidupan saya. Seorang sahabat, seorang kawan lama, seorang saudara ipar, dan yang lainnya. Tentu kabar kehamilan itu disampaikan dengan penuh suka cita, sorak sorai, dan cerah ceria. Karena HAMIL adalah salah satu hal yang selalu diimpikan oleh (hampir) semua wanita, dan bisa jadi merupakan hal yang telah lama dinanti.

Tapi nyatanya, tak semua wanita gembira dengan kabar kehamilan dirinya. Kenyataannya, tak semua wanita ingin hamil, meskipun ia telah resmi menikah. Sedih ya? 😦

Kalau saya? Ya tentu bahagia ketika mengetahui ada dua strip yang ditunjukkan oleh testpack. Oke, kisah bahagia tentang kehamilan saya itu sudah berlalu lama, 2 tahun dan 3,5 tahun yang lalu.

Dan buat saya, hamil itu menyenangkan, salah satu hal terindah dalam hidup saya, sembilan bulan (dikali dua) yang penuh kenangan dalam perjalanan usia saya. Alhamdulillah…

Agak aneh memang, tapi saya memang kangen masa-masa kehamilan itu. Alhamdulillah, dua kali Allah menitipkan janin dalam rahim saya, tak pernah ada kendala yang berarti, semua berjalan mulus, bahkan cenderung mudah untuk saya pribadi. Keduanya sehat, tak pernah ngidam yang aneh-aneh, dan tak pernah merepotkan umminya selama ada di dalam perut.

Kehamilan pertama sangat berkesan, karena saya berjuang mengerjakan Tugas Akhir dan akhirnya diwisuda bersama Umar di dalam perut. Usia kehamilan saya sudah menginjak 5 bulan ketika upacara wisuda. Kehamilan yang kedua juga tak kalah berkesan, karena saya harus melalui perjalanan darat naik mobil ke Cilacap di saat usia kehamilan masuk 2 bulan, sementara usia Umar masih 10 bulan, dan masih menyusui! What a trip!

Ah, betapa ngangeninnya masa-masa hamil itu…

Tapi, sekangen-kangennya saya, untuk kehamilan ketiga? Ehehheee… Nanti dulu… :p